Powered By Blogger

Rabu, 24 Oktober 2012

Moodisme

Kampus sepi, ternyata kelasku tidak ada kuliah. Padahal sudah terlanjur di kampus karena isu dosen mau masuk. Teerlanjur di kampus, mari ngewifi, mari ngeblog, mari menulis. Tapi, tidak tahu harus nulis apa. Mulai dari mana. Dua pertanyaan itu yang akan menuntunku, ketika aku ingin menulis, tapi tidak tahu ingin menulis apa. Tulis, tulis, tulis. Saat memulai menyentuh keyboard untuk berkata hal itu, maka jemari rasanya tak ingin lepas. Inilah. Inilah apa yang di kepalaku saat ini. Mendingan. Dibanding saya tidak menuliskan apa-apa. Blog saya sepi. Direfresh beberapa kali pun, entry baru tidak akan muncul. Heuh. Saya terlihat malas. Beberapa hari, minggu, bahkan bulan terlewatkan tanpa buat postingan. Sekarang waktunya menggebu-gebu. Pikkiran saya abstrak. Ada banyak tulisanm belum selesai di dalam. Puisi, cerpen dan naskah drama. Konsep yang berganti-gantian menghantuiku. Kadang mereka datang saat waktu yang tidak tepat saat mood untuk menulis menghilang. Tapi, adakah waktu yang tepat untuk menulis? Tidak ada. karena setiap waktu bisa-menjadi-adalah-menulis. Hanya saja, saat itu, saya tidak memegang alat tulis. Halah, alasan. Dorr!
Mood'is'me
Mood. Iblis. Siapa mood itu? Kadang datang merayu, ketika kertas entry sudah menghampiri setengahnya. Tulisan terpotong di word banyak yang belum selesai. Tunda, tunda, dan tunda. Mood itu terucapkan dan terbatinkan. Atau saya yang mencari alasan saja? Tapi mood menggrogoti saya. Tapi mood membuat saya malas. Tapi, stimulus terhadap otak pun berkurang. Tapi terlalu banyak tapi. Saya yang terlalu banyak berkata tidak. Mood itu mungkin bisa saya kendalikan. Mungkin. Karena kadang-kadang. Karena mood kadang lebih kuat menempel. Membuat semangat saya mati karena nutrisi semangatku diambil alih oleh mood. Harusnya, saya bisa menolak, karena ini tubuh saya, pinjaman Tuhan untuk saya. Saya dipercaya untuk menggunakannya. Tuhan pasti tidak keberatan. Lalu mood datang dan aku mengikutinya. Damn!
Mood. Mood. Mood. Mood untuk ngarah ke menulis sih bagus, tapi mood buat males-malesan disokong dengan geliat bisikan batin, entah batin siapa yang berkata,” masih ada sebentar, besok atau nanti ” membuat semangat luluh, lalu tersugesti untuk malas. Malas tercatat kokoh di benak. And then, saya pun malas. Rr! Mood, kebanyakan cewek pengidap mood-mood-an akut, juluki saja dengan mood-isme. Semuanya bergantung mood, kata mereka. Oke, kata saya juga. Itulah kenapa cewek kadang susah dikomitmenkan untuk melakukan sesuatu. Tapi untuk beberapa cewek, yang profesional dan memahami tanggung jawab pada diri, mood akan kurang mereka perhatikan. Can I? Maybe. What? Maybe? Yes, I can lah!
Mood. Untuk beberapa perempuan mungkin terlihat menarik, lucu dan keren abis. Apa lagi pas ngeposting status di jersol: “ Diajak nonton, tapi lagi tidak mood ”. Tapi, menurut pria mungkin nyusahin, merepotkan. Mereka harus mengajak ke suatu tempat, memberi sesuatu, berbicara, dan bahkan bergaya yang harus disesuaikan mood perempuannya. Kalau tidak, maka cekcoklah. Apa lagi, kalau mood yang jelek yang terpasang. Waspadalah kaum adam. Sedikit opini dari pengalaman pribadi. Sedikit.
Mood atau suasana hati kebanyakan disebabkan oleh keadaan yang terjadi di lingkungan sekitar pengidap mood-isme. Mood sama malas sih sebenarnya hampir berbanding lurus. Kadang karena malas orang akan berkata, lagi tidak mood. Dan, orang yang lagi tidak mood biasanya menyebabkan orang malas. Bingung? Baca ulang dua kalimat tadi. Jadi, mereka saling bersangkutan dalam hal ini. Saya juga mengakui kadang merasa seperti itu. Tetapi, hebatnya untuk seorang perempuan yang moodnya sedang baik atau bahkan sangat baik, dia mungkin akan sangat bahagia kepada semua orang. Itu mood yang baik, yang kayak begitu harus dipertahankan. Yakin, prianya pun akan merasa sangat enak dan nyaman dengan mood perempuannya yang baik itu. Ngajak kemana pun pasti asik lah. Di-iyakan saja sama perempuannya (jangan rencanakan yang macam-macam). Mempertahankan mood itu terkadang sulit. Bagi perempuan yang mood-isme akut, moodnya bisa berganti tiap beberapa menit atau mungkin beberapa detik kemudian. Iya, kasihan prianya. Mood.mood. mood.
Dampak dari mood-mood-an ini, kurang baik sih buat anda yang lagi pdkt dan dipdkt-in sama gebetan karena akan membuat mereka merasa risih dan kurang nyaman untuk memulai hubungan, baiknya tidak usah menonjolkan keegoisan mood anda dulu lah. Pun dengan yang telah memiliki pasangan, penonjolan mood saat diajak ngedate dengan pacar akan membuat semangat mereka berkurang, dan merasa bingung dengan anda. Eh, kok malah kayak ngeramal begini? Tapi, semoga bermanfaat. Ahahahaha.. Dorr!
Jadi, mood itu sebenarnya sekuat apa? Itu bergantung diri. Untuk beberapa remaja, yang masih labil dalam menghadapi sesuatu, memungkinkan mereka mengidap mood-isme akut. Tapi, seiring dengan dewasanya pemikiran, mood-isme itu mungkin bisa digeser dan dihilangkan pelan-pelan.