Powered By Blogger

Kamis, 22 November 2012

Apa Itu Pilihan?

Rihat sejenak dulu dari tumpukan tanggung jawab kampus. Mencoba menghibur diri dengan nulis di blog. Berhubung saat ini pundak masih tegang, pemikiran saya lagi sempit. Sekadar ingin menulis saja. Well, bagaimana kalau kali ini saya berbicara mengenai pilihan? Hmm..
Pilihan dari kata dasar pilih dan memiliki arti yaitu yang dipilih atau hasil memilih. Kemudian, kata memilih itu sendiri memiliki makna mencari atau memisah-misahkan mana yang baik ( KBBI Online). Lalu bagaimana dengan penentuan pilihan? Jadi kalau dari angle saya, ada perbandingan antara suatu objek dengan objek yang lainnya yang melatari proses atau konsep adanya sebuah pilihan. Namun, pada beberapa keadaan yang ada disekitar saya atau mungkin kita bersama, melihat bagaimana orang lain menentukan sebuah pilihan ( apapun itu) justru karena mereka menganggap tidak ada pilihan lain.
Pilihan
PILIHAN
pilihan
Dari ketiga tulisan di atas, tentu mata anda akan langsung memilih dan menuju pada kata PILIHAN yang merupakan pilihan mata anda, karena kata PILIHAN lebih besar dibanding yang lain dan itu membuat mata anda tertarik dan membuat mata anda merasa itu yang terbaik. Padahal, mungkin bagi telinga anda, tidak. karena kata PILIHAN mengimajinasikan bentuk pengucapan yang bernada tinggi, maka kemungkinan, telinga anda akan memilih pilihan sebagai pilihannya, karena kata pilihan mungkin terdengar lebih rendah dan lebih enak didengar. Penentuan pilihan yang sudah saling bertentangan dalam organ anda. Dan tentu, tidak dapat dipungkiri, terkadang sebuah pilihan, tidak serta-merta adalah sebuah hasil kerjasama antar perasaan dan pemikiran. Bahkan mungkin, pendefinisian mengenai pilihan pun masih belum berterima secara keseluruhan.
Pilihan

Apa itu pilihan?
Saat membeli ice cream dari sekian banyak ice cream yang dijajakan, mungkin anda akan beli satu atau beberapa ice cream yang anda sukai, dan yah itu adalah pilihan. Lalu bagaimana jika anda membeli satu ice cream karena ice cream itu adalah satu-satunya jenis, bentuk, rasa, atau merk yang ada di supermarket tersebut dan ada mengatakan itulah pilihan anda. Apakah anda yakin itu pilihan? Sementara, anda tidak menjalani proses memilih, karena hanya ada satu ice cream itu, tidak ada yang lain. Tapi, apa namanya kalau bukan memilih? Mengambil? Membeli? Entah.
Apa itu pilihan?

Rabu, 24 Oktober 2012

Moodisme

Kampus sepi, ternyata kelasku tidak ada kuliah. Padahal sudah terlanjur di kampus karena isu dosen mau masuk. Teerlanjur di kampus, mari ngewifi, mari ngeblog, mari menulis. Tapi, tidak tahu harus nulis apa. Mulai dari mana. Dua pertanyaan itu yang akan menuntunku, ketika aku ingin menulis, tapi tidak tahu ingin menulis apa. Tulis, tulis, tulis. Saat memulai menyentuh keyboard untuk berkata hal itu, maka jemari rasanya tak ingin lepas. Inilah. Inilah apa yang di kepalaku saat ini. Mendingan. Dibanding saya tidak menuliskan apa-apa. Blog saya sepi. Direfresh beberapa kali pun, entry baru tidak akan muncul. Heuh. Saya terlihat malas. Beberapa hari, minggu, bahkan bulan terlewatkan tanpa buat postingan. Sekarang waktunya menggebu-gebu. Pikkiran saya abstrak. Ada banyak tulisanm belum selesai di dalam. Puisi, cerpen dan naskah drama. Konsep yang berganti-gantian menghantuiku. Kadang mereka datang saat waktu yang tidak tepat saat mood untuk menulis menghilang. Tapi, adakah waktu yang tepat untuk menulis? Tidak ada. karena setiap waktu bisa-menjadi-adalah-menulis. Hanya saja, saat itu, saya tidak memegang alat tulis. Halah, alasan. Dorr!
Mood'is'me
Mood. Iblis. Siapa mood itu? Kadang datang merayu, ketika kertas entry sudah menghampiri setengahnya. Tulisan terpotong di word banyak yang belum selesai. Tunda, tunda, dan tunda. Mood itu terucapkan dan terbatinkan. Atau saya yang mencari alasan saja? Tapi mood menggrogoti saya. Tapi mood membuat saya malas. Tapi, stimulus terhadap otak pun berkurang. Tapi terlalu banyak tapi. Saya yang terlalu banyak berkata tidak. Mood itu mungkin bisa saya kendalikan. Mungkin. Karena kadang-kadang. Karena mood kadang lebih kuat menempel. Membuat semangat saya mati karena nutrisi semangatku diambil alih oleh mood. Harusnya, saya bisa menolak, karena ini tubuh saya, pinjaman Tuhan untuk saya. Saya dipercaya untuk menggunakannya. Tuhan pasti tidak keberatan. Lalu mood datang dan aku mengikutinya. Damn!
Mood. Mood. Mood. Mood untuk ngarah ke menulis sih bagus, tapi mood buat males-malesan disokong dengan geliat bisikan batin, entah batin siapa yang berkata,” masih ada sebentar, besok atau nanti ” membuat semangat luluh, lalu tersugesti untuk malas. Malas tercatat kokoh di benak. And then, saya pun malas. Rr! Mood, kebanyakan cewek pengidap mood-mood-an akut, juluki saja dengan mood-isme. Semuanya bergantung mood, kata mereka. Oke, kata saya juga. Itulah kenapa cewek kadang susah dikomitmenkan untuk melakukan sesuatu. Tapi untuk beberapa cewek, yang profesional dan memahami tanggung jawab pada diri, mood akan kurang mereka perhatikan. Can I? Maybe. What? Maybe? Yes, I can lah!
Mood. Untuk beberapa perempuan mungkin terlihat menarik, lucu dan keren abis. Apa lagi pas ngeposting status di jersol: “ Diajak nonton, tapi lagi tidak mood ”. Tapi, menurut pria mungkin nyusahin, merepotkan. Mereka harus mengajak ke suatu tempat, memberi sesuatu, berbicara, dan bahkan bergaya yang harus disesuaikan mood perempuannya. Kalau tidak, maka cekcoklah. Apa lagi, kalau mood yang jelek yang terpasang. Waspadalah kaum adam. Sedikit opini dari pengalaman pribadi. Sedikit.
Mood atau suasana hati kebanyakan disebabkan oleh keadaan yang terjadi di lingkungan sekitar pengidap mood-isme. Mood sama malas sih sebenarnya hampir berbanding lurus. Kadang karena malas orang akan berkata, lagi tidak mood. Dan, orang yang lagi tidak mood biasanya menyebabkan orang malas. Bingung? Baca ulang dua kalimat tadi. Jadi, mereka saling bersangkutan dalam hal ini. Saya juga mengakui kadang merasa seperti itu. Tetapi, hebatnya untuk seorang perempuan yang moodnya sedang baik atau bahkan sangat baik, dia mungkin akan sangat bahagia kepada semua orang. Itu mood yang baik, yang kayak begitu harus dipertahankan. Yakin, prianya pun akan merasa sangat enak dan nyaman dengan mood perempuannya yang baik itu. Ngajak kemana pun pasti asik lah. Di-iyakan saja sama perempuannya (jangan rencanakan yang macam-macam). Mempertahankan mood itu terkadang sulit. Bagi perempuan yang mood-isme akut, moodnya bisa berganti tiap beberapa menit atau mungkin beberapa detik kemudian. Iya, kasihan prianya. Mood.mood. mood.
Dampak dari mood-mood-an ini, kurang baik sih buat anda yang lagi pdkt dan dipdkt-in sama gebetan karena akan membuat mereka merasa risih dan kurang nyaman untuk memulai hubungan, baiknya tidak usah menonjolkan keegoisan mood anda dulu lah. Pun dengan yang telah memiliki pasangan, penonjolan mood saat diajak ngedate dengan pacar akan membuat semangat mereka berkurang, dan merasa bingung dengan anda. Eh, kok malah kayak ngeramal begini? Tapi, semoga bermanfaat. Ahahahaha.. Dorr!
Jadi, mood itu sebenarnya sekuat apa? Itu bergantung diri. Untuk beberapa remaja, yang masih labil dalam menghadapi sesuatu, memungkinkan mereka mengidap mood-isme akut. Tapi, seiring dengan dewasanya pemikiran, mood-isme itu mungkin bisa digeser dan dihilangkan pelan-pelan.

Selasa, 18 September 2012

Tentang Sebuah Cita


Tentang sebuah mimpi, impian, cita-cita yang sebagian orang mengatakannya hanya omong kosong. Merekalah orang-orang beromong besar. Anda mungkin akan bertepuk tangan bila mereka mampu menunjukkan hal yang lebih baik yang membuat mereka pantas mengolo-olok sebuah mimpi. Haruskah uang yang menjadi patokan agar anda menghambat olok-olokan itu? Kasihan lah kepada mereka yang melihat betapa kualitas kreativitas adalah hal yang mereka anggap nol dibanding dengan kuantitas kehidupan seseorang. Sungguh sempit. Betapa mereka seperti tidak bisa memercayai bahwa orang lain mampu berusaha untuk mewujudkan impiannya. Mereka mungkin akan tertawa pada keheningan pilu diri mereka sendiri yang seakan mencabik hati mereka sendiri karena dipusingkan dengan impian orang lain. Kasihan.
Ada sebuah lubang keberhasilan yang akan ditemui justru bukan dari orang-orang yang anda kagumi, melainkan yang anda benci. Anda akan menjadikan orang-orang yang anda benci untuk menjadikan barometer kesuksesan anda yang justru membuat anda ingin menjadi sesuatu yang “lebih” dibandingkan mereka. Sayangnya, hal yang dimulai dengan emosi dan dendam dengan niat ingin mengalahkan hanya akan menjauhkan anda pada kebaikan semesta.Sedikit yang berhasil.
Dunia luas. Ada banyak orang yang akan anda pandangi. Ada banyak tempat yang memudahkan anda berkreasi, melihat sebuah “lahan impian” yang akan anda taruh di dalamnya segala macam yang dapat membuat anda bahagia dan tersenyum. Bukan hanya sekadar kebahagiaan yang bersifat kekayaan. Meski tak dapat termunafikkan, bahwa kekayaan mampu mebuat hidup anda lebih tenang. Tentu dengan tidak mengandalkan nafsu serakah dan dendam.
Tuhan akan sangat berterima kepada setiap doa yang dijunjungkan hamba-Nya kepada-Nya. Tentu kepada hamba yang tidak egois, yang tidak mau menerima jalan lain selain jalan yang telah dibuatnya, yang tidak menerima jalan yang direstui oleh-Nya, yang mungkin justru lebih baik. Mereka yang percaya kepada Tuhannya akan lebih dewasa dalam menyikapi kehidupan, percaya akan ada jalan terbaik, dan percaya kepada diri untuk tetap berusaha.
Tersenyumlah kepada kegerahan mahkluk yang menertawai anda, jika perlu tertawalah dengan tenang jika mahkluk itu tertawa tanpa apa-apa. Anda punya impian yang kelak menjadi apa-apa. Jangan jadikan sebagai dendam. Tunjukkan saja bahwa anda bisa bermimpi dan meraih mimpimu. Lihat impian orang lain sebagai motivasi anda untuk memompa semangat kreativitas anda, bukan untuk menyepelekan mimpi mreka. Lihatlah anda, apa impian anda atau bahkan apa yang anda miliki yang membuat anda pantas menganggap impiannya pantas untuk anda tertawakan? Bijaklah, hidup ini luas. Patoklah lahan impian anda seluas mungkin. Jangan ragu. Itu hak dalam hidup anda.
Tidak semua jalan hidup untuk mewujudkan impian itu lurus dan tanpa hambatan. Ada beberapa orang yang jalan hidupnya bertahap yang membuatnya lebih nyaman, tetapi orang ini mungkin agak susah untuk melihat pelajaran hidupnya. Ada beberapa orang yang jalan hidupnya sangat berkelok tetapi ia akan selalu melihat pelajaran hidupnya, lebih terlatih. Setiap orang mungkin menginginkan jalan yang  aman-aman saja untuk hidupnya. Saya pun.
Memang lidah rasanya mudah untuk menyemangati orang lain, meberikan mereka motivasi. Tetapi bagaimana dengan mereka yang menjalani? Hanya sekadar ingin memberi tahu, jika dunia ini luas. Luas untuk membuat lahan impian. Jangan terpatok pada satu impian. Buat cadangan sebanyak-banyaknya. Jangan memenjarai diri dengan pikiran kegagalan. Berpikir positif, hidup itu ada untuk dinikmati, santai saja jangan sampai serius dan sampai lupa untuk bahagia. Jangan membuat diri  tidak percaya pada Tuhan. Tuhan punya banyak cara untuk lahan impian yang telah dibuat.
Perhatikan tentang orang-orang yang bisa meraih impiannya, tidak semua dari mereka adalah orang yang sangat terpaku pada jalan impiannya, yang seakan melototi impiannya, dengan ambisius. Justru banyak dari mereka yang santai dalam menjalani hidup, tidak banyak perhitungan, tidak banyak memikirkan kehidupan orang lain. Tapi jangan sampai lupa pada lahan impian, buatkan target. Buatkan siteplan isi lahan impian dan buatkan jalan untuk meraihnya, targetkan, dan jalani dengan santai dan tetap melihat pada target. Jika meleset dari target, mungkin ada ‘buk’ yang dirasakan tapi percayalah akhirnya pasti ada jalan keluar.
Santai saja, tak perlu menggaruk kepala yang tak gatal. Tangisi saja usaha yang telah dikeluarkan, jika tangis akan mengurangi beban pikiran. Satu, dua, tiga kali mungkin akan berbelok, tapi ada banyak pelajaran hidup di dalamnya, membuat hidup lebih banyak pengalaman. Kelak akan ada jalan mulus. Jika percaya pada Tuhan jika percaya pada diri. Lihatlah lahan impian, lihat dari banyak angle bukan hanya satu garis lurus, tapi perbanyaklah. Ada banyak cara. Tidak akan ada hidup yang sia-sia kan?

Kamis, 19 April 2012

Sebuah Kisah dari Kerajaan Mimpi

Percayakah anda jika sebuah mimpi adalah sebuah penyusun kisah?
Aku melihat diriku dengan mecocokkan betapa aku ini dibesarkan oleh mimpi dan khayalan.  Aku memujai mimpiku, aku ingin setiap yang aku lihat, aku sentuh dan bahkan hal yang tidak aku sentuh dan aku lihat bisa sesuai dengan semua yang kuimpikan. Betapa aku ingin semesta melimpahkan semua rencannya dan menyususnnya atas mimpiku. Kujalankan mimpiku dan kujadikan obsesi yang mensugesti intuisiku dalam menakar rangkaian hidupku. Segala yang kuinginkan seakan egois dan berjalan megikuti alur emosiku. Aku marah ketika apa yang impianku tak tercapai sepenuhnya, aku seolah menjauhkan potensi negatif semesta yang harusnya selalu siap menerkam impianku. Aku ingin segala kebaikan aku dapatkan, aku ingin segala keegoisan atas aku kumiliki. Semuanya harus kubangun sempurna dalam kerajaan mimpiku.
Sampai akhirnya aku sadar, ini adalah kehidupa nyata, dan saya tidak bisa menciptakan kerajaan mimpiku sendiri sesuai dengan apa yang aku kehendaki. Aku berusaha membuka mata dan mencium kening kesyukuran yang selalu melindungiku.
Wahai penguasa semesta hadirkan aku pada segala kesabaran itu, dan tikamlah batin yang membujuk keegoisan dan kedengkian itu lahir. Aku menitihkan air mata pada gelak tawa iblis yang menertawai keegoisanku. Sampai akhirnya, keegoisanku pulalah yang mengusirnya untuk pergi, karna aku tak butuh dia lagi. Seperti terlalu nekat mempunyai pengawal seperti dia.
Wahai segala yang putih, bersih jauhkan aku dari hal keabu-abuan dan kehitaman dalam segala tirai yang akan kubuka. Perhatikan aku, bisikkan, atau tariklah aku atas segala apa yang menyalahi keputihan dan kebersihanmu. Aku hanya tak ingin merenggut keindahanmu, walau satu coretan abu yang tak senada denganmu. Setitik pun.
Ah, masih terlalu egois aku ini mengatur si putih untuk tetap putih. Bukankah dia juga berhak untuk mewanai dirinya? Tapi tak ada hal lain yang bisa memutihkan si putih selain dia. Aku ingin dia menjagaku terus sebagai putihku, mengingatkan aku betapa aku harus menjalani keajaiban ini dengan segala kejutannya setiap aku membuka mata walau iblis dengan segala warna gelapnya kadang masih menghampiriku dan menggodaku dengan sanjungan.
Aku tetap mempedulikan kerajaan mimpiku meski tinggal puningnya saja, sekali-kali aku menengoknya sekadar pembangun intuisiku agar aku mendapatkan sebuah sugesti positif. Semesta telah mengahdiahi aku dengan sebuah bisikan rahasia dan kurasa itu benar. Aku dibebaskannya untuk bermimpi, aku dibebaskannya untuk berdoa, aku pun dibebaskan untuk terus berharap selama aku memuja kesyukuran di atas segala impian, doa dan harapanku. Menurutnya segala yang baik akan menghampirku bergantung situasi pemikiran dan pandanganku, dan kurasa itu benar. Saat aku memandangi sesuatu sebagai hal positif maka akan berbalik semesta menjanjiku dengan hal positif. Segalanya akan baik jika aku menutupi diri dengan kain kesyukuran. Semesta juga mengajariku untuk tetap bermimpi selama aku sadar bahwa ada usaha untuk mengkongkretkan mimpi itu. Sebab mimpi adalah pemberi semangat  untuk menghadapi keajaiban meskipun aku tak harus membangun kerajaan mimpiku yang kuanggap terlalu egois. Mimpi membesarkan aku, mimpi yang menghidupkan aku dan mimpi yang membuat aku berani. Aku tanpa mimpi hanyalah roh tanpa raga. Mimpi bagian dari pembangun kisahku, bagian dari titik nafasku, bagian dari sudut pikiranku.

Rabu, 18 April 2012

Kepo Menurut Pandangan Saya (Bukan Ahli Apa-apa)


Well, tulisan ini saya persembahkan pada teman-teman kepo-ing saya si Unik, Ayu, Antik, Tutik dan zisa. Hahhaha..
Sebenarnya KEPO itu apa? Pada beberapa kondisi yang pernah saya alami, bertanya ini-itu sekarang bakal dikatain, ”Ah, KEPO lo!” Ahahaha.. Oke, kita turun ke lapangan untuk mengobservasi KEPO ini, dan tindakan KEPO ini terjadi di berbagai tempat, situasi dan dunia, termasuk dunia maya maksudnya, hehe. Contohnya :
W : Itu di samping Tuti, siapa sih?
U : Pacarnya kalii!
W : Baru? Namanya?
U : Along
W : Anak mana ?
U : Seni
W : Kapan jadiannya?
U : KEPO  YAH, KAMU!
Itu contoh dialog Kepo, dan dianalisis dari beberapa sumber yang tertangkap di om google, Kepo didefinisikan  :
1.       Berasal dari bahasa hokkian.Ke = Bertanya, Po (Apo) = Nenek2. Jadi artinya nenek-nenek yg suka tanya-tanya.Kasarannya, pengen tau banget. (http://kitabgaul.com)
2.       KEPO adalah singkatan dari, KE=KElakuan en PO=POlisi. Seperti tugas-tugas polisi pada umunya yang suka nanya-nanya si korban/tersangka (dari sumber anonim)
3.       KEPO merupakan singkatan dari Bahasa Inggris yaitu Knowing Every Particular Object artinya 'mengetahui setiap objek secara khusus(pengertian secara umum)
Pada beberapa definisi yang terjabarkan di atas, disimpulkan kalau kepo itu, adalah seseorang yang pengen tau banget tentang sesuatu. Hmm.. Jadi, sekarang mesti nyadar diri kalau banyak bertanya, alih-alih dikatain cerdas, anda justru dikatain “AH KEPO BANGET SIH LO”. Hahahaha.. berdasarkan analisis saya, kepo ini seolah mengandung makna konotasi yang sangat negative. Saya tidak membayangkan kalau anak didik usia sekolah dasar tauk tentang istilah KEPO ini. Bayangkan mereka tauk, dan si anak akan bertanya pada orang tuanya, “Pa, Kepo itu apa?” trus si bapak ngejawab “ Kepo itu berarti mengetahui setiap objek secara khusus” nah si anak, pasti belum mengerti dan akan balik bertanya, “ Maksudnya?” si Bapak mungkin akan menjawab dengan jawaban yang singkat agar anaknya memahami,”Nak, Kepo itu terlalu mau tau tentang suatu hal”anak mungkin akan memahami dan menyimpan kata kepo dan definisi kepo (versi bapaknya) di kepalanya. Setibanya di sekolah, si anak akan memerhatikan teman-temannya yang bertanya dan akan siap mengatai temannya kepo kalau terlalu banyak bertanya pada guru.  Iya, ini yang sebenarnya saya khawatirkan. Ckck..
Tapi secara mengkhusus untuk menghilangkan keambiguan makna pada kata ‘KEPO’ ini, menurut sumber http://malesbanget.com kepo diartikan sebagai sok mau tau urusan orang. Jadi ada pengerucutan kepo hanya untuk urusan yang menyangkut seseorang, bukan hal lain seperti benda atau apalah, jadi hanya untuk seseorang terlebih khusus untuk kehidupan pribadinya. Kepo-ing sendiri paling pas pada saat kita kurang bahan untuk gosipan, maka kita akan mencari objek dengan memerhatikan orang disekitar lalu akan mmenggali tentang kehidupannya sedalam jurang.
Oke. Just it, see yaw!

Minggu, 18 Maret 2012

Keterkaitan Bahasa dan Pikiran (Tinjauan Psikolinguistik)

A. Pengertian
1.      Bahasa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Boediono,2005), bahasa artinya system lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
 Bahasa juga diartikan sebagai rangkain bunyi yang mempunyai makna terrtentu. Rangkain bunyi yang kita kenal sebagai kata, melambangkan suatu konsep. Kumpulan lambang bunyi, dalam pemikirannya, tidak terlepas dari yang satu dengan yang lainnya. Kata-kata itu dipergunakan dalam suatu sistem yang terpola. Walaupun bunyi-bunyi bahasa itu di gunakan sudah benar dan sesuai dengan konvensi (kesepakatan pengguna bahasa), tetapi bila hubungan antar kata-katanya itu tidak berpola, maka proses komunikasi tidak akan berjalan dengan baik (Kosasih,E ,2003 : 2).
Bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak yang memungkinkan objek-objek faktual ditransformasikan ke dalam simbol-simbol abstrak. Dengan adanya bahasa kita dapat memikirkan sesuatu meskipun objek yang kita pikirkan itu tidak berada di dekat kita . Dengan simbol-simbol bahasa yang abstrak, kita dapat memikirkan sesuatu secara terus-menerus dan kemudian mewariskan pengalamannya itu kepada generasi-generasi berikutnya. Kita dapat pula mengkomunikasikan sesuatu yang kita pikirkan dan dapat pula belajar sesuatu dari orang lain.
Bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu mampu termuat dalam lapangan pemahaman manusia. Oleh karena itu, memahami bahasa akan memungkinkan kita memahami bentuk-bentuk pemahaman manusia.
2.      Pikiran
Pikiran berasal dari kata dasar pikir. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Boediono, 2005), Pikir  artinya akal budi ; ingatan; angan-angan; kata dalam hati; kira, kemudian mendapat sufiks –an menjadi kata pikiran. Pengertian pikiran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3,2007 bahwa pikiran adalah akal budi atau ingatan. Sedangkan menurut Sri Utami (1992 :30), menyatakan bahwa berpikir adalah aktivitas mental manusia. Dalam proses berpikir kita merangkai-rangkaikan sebab akibat, menganalisinya dari hal-hal yang khusus atau atau kita menganalisisnya dari hal-hal yang khusus ke yang umum. Berpikir berarti merangkai konsep-konsep. Pikiran adalah proses pengolahan stimulus yang berlangsung dalam domain representasi utama. Proses tersebut dapat dikategorikan sebagai proses perhitungan (computational process).
Proses berpikir dilalui dengan tiga langkah yaitu: pembentukan pikiran, pembentukan pendapat,  penarikan kesimpulan dan pembentukan keputusan. Pertama, yaitu pada pembentukan pikiran. Pada pembentukan pikiran inilah manusia menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek. Objek tersebut kita perhatikan unsur-unsurnya satu demi satu. Misalnya mau membentuk pengertian manusia. Kita akan menganalisis ciri-ciri manusia.
Kedua, yakni pada pembentukan pendapat. Pada pembentukan pendapat ini seseorang meletakkan hubungan antara dua buah pengertin atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk bahasa yang disebut kalimat. Pembentukan pendapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu pendapat afirmatif atau pendapat positif yaitu pendapat yang mengiakan sesuatu hal, pendapat negatif yaitu pendapat yang tidak menyetujui, dan pendapat modalitas yaitu pendapat yang memungkinkan sesuatu.
Ketiga, pada penarikan kesimpulan. Pada penarikan kesimpulan ini melahirkan tiga macam kesimpulan, yaitu keputusan induktif, deduktif, dan analogis ( perbandingan).
B.      Keterkaitan Bahasa dan Pikiran
Pikiran manusia pada hakikatnya selalu mencari dan berusaha untuk memperoleh kebenaran. Karena itu pikiran merupakan suatu proses. Dalam proses tersebut haruslah diperhatikan kebenaran bentuk dapat berpikir logis. Kebenaran ini hanya menyatakan serta mengandaikan adanya jalan, cara, teknik, serta hukum-hukum yang perlu diikuti. Semua hal ini diselidiki serta dirumuskan dalam logika.
Selanjutnya terdapat beberapa pengelompokan keterkaitan bahasa berdasarkan uraian para ahli yaitu:
1.       Bahasa Memengaruhi Pikiran
Pemahaman terhadap kata mempengaruhi pikirannya terhadap realitas. Pikiran dapat manusia terkondinidikan oleh kata yang manusia gunakan. Tokoh yang mendukung hubungan ini adalah Benjamin Wrof dan gurunya, Edward Sapir. Wrof mengambil contoh Bangsa Jepang. Orang Jepang mempunyai pikiran yang sangat tinggi karena orang Jepang mempunyai banyak kosa kata dalam menjelaskan realitas. Hal ini membuktikan bahwa mereka mempunyai pemahaman yang mendetail tentang realitas.
2.      Pikiran Memengaruhi Bahasa
Ada kemungkinan struktur bahasa dipengaruhi oleh pikiran. Sekitar 2.500 tahun yang lalu Aristoteles berargumen bahwa kategori pikiran menentukan kategori bahasa. Banyak alas an yang memperkuat argument tersebut, walaupun Aristoteles sendiri tidak bisa memperlihatkan alas an-alasan tersebut. Adapun alasan yang dapat dikemukakan antara lain, kemampuan manusia berpikir muncul lebih awal ditinjau dari aspek evolusi dan berlangsung belakangan dari aspek perkembangannya dibandingkan kemampuan menggunakan bahasa.
Tokoh psikologi kognitif yang tak asing bagi manusia, yaitu Jean Piaget menyatakan bahwa ada keterkaitan antara pikiran dan bahasa. Bahasa adalah representasi dari pikiran. Melalui observasi yang dilakukan oleh Piaget terhadap perkembangan aspek kognitif anak. Ia melihat bahwa perkembangan aspek kognitif anak akan memengaruhi bahasa yang digunakannya. Semakin tinggi aspek tersebut semakin tinggi bahasa yang digunakannya. Sebelum anak-anak menggunakan bahasanya secara efektif, anak-anak memperlihatkan kemampuan kognitif yang cukup bearti dan beragam.
Menurut Pieget, ada dua pikiran, yaitu pikiran terarah (directed) atau intelligent dan pikiran tidak terarah atau autistik (autictic). Pikiran yang terarah adalah pikiran yang menghasilkan tindakan atau ujaran yang dapat dipertanggungjawabkan dan memiliki landasan kuat, sedangkan pikiran tidak terarah umumnya pikiran yang sering menimbulkan kekeliruan atau dampak yang tidak terduga. Mungkin itu sebabnya terjadi tergelincir lidah.
3.       Bahasa dan Pikiran Saling Memengaruhi
Hubungan timabal balik antara kata-kata dan pikiran dikemukakan oleh Benyamin Vigotsky, seorang ahli semantic kebangsaan Rusia yang teorinya dikenal sebagai pembaharu teori. Piaget mengatakan bahwa bahasa dan pikiran pada tahap permulaan berkembang secvara terpisah, dan tidak saling mempengaruhi. Jadi, mula-mula pikiran berkembang tanpa bahasa, dan bahasa mula-mula berkembang tanpa pikiran. Lalu pada tahap berikutnya, keduanya bertemu dan saling bekerja sama, serta saling mempengaruhi. Penggabungan Vigotsky terhadap kedua pendapat di atas banyak diterima oleh kalangan ahli psikologi kognitif.

Rujukan
Arifuddin. 2010. NEUROPSIKOLINGUISTIK. Jakarta: Rajawali Pers
Mahmudah, DR. 2012. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Makassar: Universitas Negeri Makassar 
http://susilo.adi.setyawan.student.fkip.uns.ac.id/2010/01/26/hubungan-antara-bahasa-dan-otak-logika-dan-pikiran-dalam-kajian-psikolinguistik/

Bahasa, Realita, dan Pikiran

Mungkin pada beberapa kasus yang kita lalui tanpa kita sadari, pada akhirnya jika ada kesempatan kita akan berpikir :
1. Apakah bahasa memengaruhi perilaku ?
2. Berikan contoh dalam kehidupan sehari-hari mengenai :
a.       bahasa dan realita
b.      bahasa dan perilaku
Jawabannya :
1.      Iya. Karena bahasa pada dasarnya memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang,yakni sebagai alat mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Keraf,1997 : 3). Sedangkan perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi  oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika (Wikipedia). Maka melihat dari keseluruhan pandangan tersebut, dapat disimpulkan jika perilaku manusia dapat tercermin dari penggunaan bahasa yang digunakannya sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang lain dengan melihat diksi dan intonasinya.
2.      Contoh :
a.       bahasa dan realita
Ketika saya menyuruh adik saya mengambil guling maka yang akan dibawakan oleh adik saya adalah sebuah benda yang empuk dan berbentuk silinder yang panjang.
b.      bahasa dan perilaku
                  Ketika salah satu mahasiswa di kampus saya sedang melintas di hadapan teman saya kemudian    berkata ‘tabe’ maka tanpa mengenal lebih dalam pribadi orang tersebut saya bisa berargumen jika orang tersebut  adalah orang yang sopan dan berperilaku halus.